Saat pertama kali dengar, reaksi saya, “Apa, air durhaka?”. Bukan… Bukan
durhaka. Tapi Air Guraka. Minuman ini saya nikmati pertama kali saat
jalan-jalan malam bersama teman sejawat dokter PTT di tepi laut, cuma
diterangi cahaya bulan diiringi deburan ombak. Ceile… Eh, serius. Kita
benar-benar makan tanpa penerangan lampu. Warung air guraka ini digelar
di tepi trotoar yang berbatasan langsung dengan tepi laut. Konsumen bisa
lesehan atau duduk di set meja-kursi yang disediakan tapi tanpa lampu
penerangan di atasnya. Walhasil, kadang-kadang perlu lampu HP supaya
tidak salah makan.
2.) SUAMI
Siapa yang mau suami?! Eh, suami ternyata nama suatu jenis makanan di sini… Suami dibuat dari parutan singkong (cassava
) dicampur dengan parutan kelapa. Kemudian dimasukkan dalam semacam
wadah kerucut dari anyaman daun kelapa dan diuap. Mirip dengan cara
pembuatan kue putu di Jawa. Tekstur hasil akhirnya pun serupa.
Suami ada beberapa tipe. Ada yang datar-datar saja,
ada juga yang manis… Hahaha. Maksudnya tipe di sini adalah tipe rasa.
Pilihan rasa yang datar a.k.a plain dominan campuran singkong
dan kelapa sehingga rasanya gurih. Sedangkan suami yang manis ditambahi
saos gula merah sehingga rasanya manis. Anehnya suami gula merah yang
saya beli agak cenderung kecut.
3.) GOHU
Nah yang ini maknyus. Macam sajian orang jepang yang disebut sashimi
. Jadi, ikan tongkol mentah, atau orang di sini menyebutnya ikan
cakalang, dipotong kecil-kecil kemudian disiram minyak panas. Disajikan
dengan kemangi, potongan terong, dan seiris kecil “batako” sagu.
Enaklah. Bisa jadi variasi olahan ikan bagi yang sehari-hari makan ikan
asap dan goreng melulu.
Ada varian Gohu yang tidak menggunakan tongkol, melainkan menggunakan ikan Kira yang yang kecil-kecil. Saya sendiri belum lihat, namun kabarnya enak juga rasanya.
Ada varian Gohu yang tidak menggunakan tongkol, melainkan menggunakan ikan Kira yang yang kecil-kecil. Saya sendiri belum lihat, namun kabarnya enak juga rasanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar